Perihal rasa aku pun bukan ahlinya Si kerdil yang menjelma Seolah ia ahlinya merangkai kata Aksara mengangkasa Meski aku pernah menikam rasa Menjadi kejam terpaksa membunuhnya Kembali aku menulis senja Meski hampa lara Mungkin kah lepas dari tipu daya Aku tiada kuasa Aku hanya penulis biasa Yang mencoba Merangkai kisa bahagia Ingin kah kau membantuku menyelesaikan cerita Bersama..kita akan membacanya dihari tua Jika tidak... Berlalu saja Akan ku bingkiskan sebait puisi gunda Yah aku mendamba Tapi tak sudi menjadi yang kedua Atau salah satu dari mereka Bisakah hanya satu-satunya Ku harap Iya Tutup pintu kecewa Sungguh aku lelah By.Lifid
IMMawati Lili Fitriani Hafid Di era milineal ini tidak jarang kita dapati gejolak yang seolah menggadaikan nilai dan harga diri wanita. Dan yang lebih miris lagi ketika kita sadar bahwa yang diperlakukan demikian itu adalah saudara seiman kita. Perlu kita pikirkan dan amati, sekarang ini khususnya di Indonesia, begitu banyak ajang-ajang pencarian bakat bahkan berlebel pencarian Putri Indonesia yang katanya tidak hanya cantik paras, gestur maupun postur tapi juga harus cerdas dan berbakat tapi bagi saya semua itu hanya spekulasi saja. Ini semakin nihil, ketika wanita-wanita yang mengikuti seleksi tersebut tidak sadar bahwa ternyata mereka telah dimanfaatkan menjadi barang dagangan murah dalam arena pameran bagi para lelaki hidung belang. Salah kah jika saya mengatakan hal yang demikian?? Tidak bukan?? Sekali lagi coba perhatikan, apa yang dilakukan para finalis putri Indonesia di atas CATWALK? bukan kah mereka bersolek ria, bejalan dengan melenggak-lenggok, be